Apa Yang Terjadi Dengan Myspace? Bagaimana Nasibnya Saat Ini?

Apa Yang Terjadi Dengan Myspace Bagaimana Nasibnya Saat Ini
Photo from Shutterstock

Myspace saat itu bersaing ketat dengan Friendster, dua jejaring media sosial tersebut berlomba menjaring pengguna sebanyak mungkin. Masing-masing saling manawarkan fitur terbaiknya, Friendster memang hadir lebih dulu tapi Myspace dengan cepat menyusul popularitasnya. Yang ditawarkan Myspace sangat menggoda untuk digunakan, terlebih memang saat itu media sosial termasuk fasilitas gratis yang istimewa.

Diluncurkan Agustus 2003 didirikan oleh Tom Anderson, Chris DeWolfe, dan Brad Greenspan, Myspace memang terinspirasi oleh Friendster. Versi pertama hanya dikerjakan dengan menggunakan pemrograman HTML dan hanya membutuhkan waktu 10 hari. Dalam waktu satu bulan ratusan pengguna sudah terdaftar dan semakin bertambah karena rekomendasi yang tak kunjung henti. Dikutip dari salah satu media yang mewawancarai Chris DeWolfe, dalam bulan-bulan pertama server Myspace sering ‘overload’ dikarenakan terlalu banyak pengunjung.

Antara tahun 2004 sampai 2005 pengguna terdaftar sudah mencapai kisaran 20 juta. Padahal saat itu Myspace hanya bisa digunakan untuk membuat profil, menulis postingan, mengunggah foto, saling menulis komentar dan berkirim pesan dengan pengguna lain. Era itu memang fitur yang cukup sederhana tersebut sangat digandrungi terutama para anak muda.

Kenapa Myspace sangat populer

Apa Yang Terjadi Dengan Myspace Bagaimana Nasibnya Saat Ini
Photo from Shutterstock

Saat beberapa selebriti mulai menggunakannya, kepopulerannya pun semakin tak terbendung. Antara tahun 2005 sampai 2008 Myspace adalah media sosial terbesar di dunia. Kala itu 100 juta pengguna aktif setiap bulan menggunakannya, dan pengguna terbanyak dari Amerika sesuai asalnya. Di Amerika sendiri Myspace melampaui trafik yang dihasilkan dua raksasa yang berkuasa, Yahoo dan Google. Fenomena Myspace makin menggila disaat para musisi dan band membuat profilnya.

Bahkan pernah tercatat dalam beberapa kurun waktu profil band lebih banyak dari profil akun personal. Sebagai platform yang menjangkau audiens global, secara signifikan jejaring ini mempengaruhi kebudayaan saat itu, mulai dari musik, teknologi, sampai fesyen. Sekitar 1600 karyawan dipekerjakan, jumlah yang sangat besar apalagi untuk perusahaan media sosial saat itu. Tahun 2009 Justin Timberlake dan Specific Media Group membeli Myspace seharga 35 juta dollar.

Apa yang terjadi dengan Myspace

Apa Yang Terjadi Dengan Myspace Bagaimana Nasibnya Saat Ini
Photo from Shutterstock

Kurang dari satu dekade ketenarannya mulai digoyahkan oleh Facebook. Jejaring sosial yang usianya satu tahun lebih muda itu memasang iklan tertarget dibanyak media. Pengguna yang melihat Facebook lebih baik dibeberapa hal, mulai berbondong-bondong pindah. Awal milenium ketiga Myspace hanya dihargai 35 juta dollar nominal yang sama saat Justin Timberlake membelinya. Sebelumnya nilai Myspace sempat menyentuh harga 12 miliar dollar. Tahun 2014 hanya menyisakan 200 karyawan yang dinaungi dan Myspace merubah antarmukanya secara signifikan.

Kenapa Myspace kalah bersaing

Apa Yang Terjadi Dengan Myspace Bagaimana Nasibnya Saat Ini
Photo from Shutterstock

Beberapa alasan berikut yang dituding kenapa Myspace mulai banyak ditinggalkan penggunanya. Banyak yang mengungkapkan terlalu banyak hal yang tidak relevan lagi saat itu. Myspace sendiri tidak melakukan banyak perubahan yang dilaporkan para penggunanya.

1. Terlalu banyak menampilkan iklan

Iklan adalah sumber pendapatan awal Myspace dalam kurun waktu yang cukup lama, dan saat basis pengguna mulai menurun tekanan dari investor semakin agresif untuk menampilkan iklan. Itu membuat tampilannya terlihat berantakan, dengan banyak iklan juga mengakibatkan untuk mengaksesnya jauh lebih berat dan terasa lambat. Facebook saat itu justru sebaliknya, antarmuka yang disuguhkan jauh lebih rapi dan lebih ringan untuk diakses.

2. Pengaturan profil pengguna yang tidak fleksibel

Myspace memperbolehkan pengguna untuk mengatur tampilan profil halamannya dengan beberapa persyaratan. Ilmu program HTML salah satunya, dan itu bukanlah hal yang setiap orang dengan mudah menguasainya. Saat disadari hal itu terlalu memberatkan, mereka pun merubah tampilan UI desainnya menjadi lebih luwes. Sayangnya itu sudah terlambat, yang meninggalkannya sudah terlalu banyak.

3. Aturan konten yang terlalu longgar

Memang saat itu Myspace menyensor konten-konten terlarang, tapi mereka juga mengabaikan isu-isu yang berkaitan dengan ungkapan kebencian, perkataan yang cenderung pornografi, dan beberapa hal riskan lainnya. Banyak orang tua dari hampir seluruh belahan dunia memberi ulasan negatif, karena anak-anaknya banyak melihat dan menemukan konten negatif di linimasanya. Terlebih ulasan-ulasan itu juga datang dari berbagai media semakin memperburuk citra Myspace.

4. Desain antarmuka sering berubah drastis

Selama masa empat kali perpindahan karena dibeli perusahaan lain, desain Myspace selalu berubah drastis. Rata-rata tingkat perubahan mencapai 50%, pengguna yang tersisa semakin frustasi akan hal itu. Salah satu pendirinnya Tom Aderson menyampaikan ketidaksuksesan dalam pembuatan desain yang baik selalu terulang setiap kali Myspace dikembangkan perusahaan pembelinya. Menurutnya mereka cenderung bereksperimen tanpa melihat kebutuhan utama para penggunanya.

5. Kurang inovasi

Disaat bersamaan Facebook dan Twitter yang juga mulai menyita perhatian terus menghadirkan fitur baru serta kemudahan dalam penggunaanya. Padahal beberapa fitur media sosial lain yang disuguhkan sebenarnya sudah dihadirkan oleh Myspace, namun karena kemasan yang dianggap lebih rumit membuat kegagalan yang diterima. Proses perbaikan yang selalu terlambat tentu tidak dengan mudah membuat penggunanya kembali.

6. Bebas memberikan pilihan nama pengguna

Myspace mengijinkan pengguna untuk menggunakan ‘username’ anonim tanpa penyaringan yang ketat. Penggunaan email sementara juga diperbolehkan. Hal itu membuat semua semakin kacau, karena banyak kebingungan terjadi di para pengguna dan juga tidak sedikit penyalahgunaan profil untuk tindakan negatif terjadi. Alih-alih memberi kebebasan malah membuat Myspace sering menerima kecaman. Sedangkan para pesaingnya lebih banyak menerapkan aturan dalam pemilihan nama profil penggunanya.

Bagaimana nasib Myspace sekarang

Apa Yang Terjadi Dengan Myspace Bagaimana Nasibnya Saat Ini
Image by Iwan Ruby

Banyak yang mencari tahu jawaban itu saat ini. Iya, Myspace masih ada, domain situsnya masih bisa kalian akses tanpa ada perubahan alamat. Saat ini Myspace dibawah naungan perusahaan Time Inc. sejak Februari 2016. Sejak saat itu jutaan pengguna setia masih mengunjunginya, biarpun secara statistik sangat jauh ditinggalkan jejaring lainnya. Facebook tercatat pada akhir tahun 2020 menerima paling sedikit 2 juta kunjungan setiap harinya.

Kelebihan Myspace zaman dulu dan menjadi kenangan serta dirindukan

1. Foto profil Myspace

Apakah kalian ingat dengan frasa “You looked better on Myspace” (Anda terlihat lebih baik di Myspace), frasa itu kini tidak disampaikan mereka. Hal itu tentu dulu sesuatu yang berharga terutama bagi yang tumbuh besar dan menjadikan Myspace sebagai media sosial pertamanya.

2. Background kustom

Kala itu jika tampilan background Myspace yang digunakan masih standar, kalian tidak akan dianggap keren. Tak jarang seseorang yang tidak menguasai ilmu HTML rela mengeluarkan biaya untuk merubah tampilan background profilnya.

3. Rasa kebanggan

Saat teman menambahkan nama profil kalian ke daftar 8 urutan teman utama di profil mereka. Perasaan haru dan bangga yang didapatkan saat itu sangat sepadan. Apalagi jika yang menambahkan dalam daftarnya adalah sosok yang populer atau pasangan (kekasih).

4. TOM

Apa Yang Terjadi Dengan Myspace Bagaimana Nasibnya Saat Ini
Image from archive(.)org

Tom Anderson adalah teman kalian pertama disaat kalian baru membuat profil Myspace, secara otomatis akan muncul notifikasi sapaan dari profil Tom. Mungkin saat ini banyak yang tidak tahu soal dia, tapi dahulu Tom adalah teman bagi sebagian besar orang di dunia. “Kami merindukan sapaan dan senyumanmu Tom”.