Pada zamannya, Friendster adalah raja dari jejaring media sosial. Namun, ketidakmampuannya untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan pengguna serta hadirnya para pesaing membuat Friendster berakhir.
Awal milenium Friendster, Myspace, HI5 dan Orkut, semua saling bersaing untuk menduduki tahta tertinggi dalam jejaring sosial. Dengan segala fitur yang dihadirkan Friendster sangat mendominasi para lawan mainnya. Dalam kurun waktu satu tahun sekitar 3 juta pengguna dapat dijaringnya. Saat itu hampir semua orang mengira Friendster telah memenangkan perlombaan. Bahkan dibeberapa ulasan media sudah menobatkannya sebagai media sosial terbaik, waktu itu. Tahun 2004 lahirlah sang penantang yang akhirnya merubah segalanya, Facebook.
Awal Friendster dimulai

Friendster didirikan oleh Jonathan Abrams, seorang programmer komputer kelahiran Kanada, pada Maret 2002. Situs ini dimulai di ruang bawah tanah rumahnya dengan sepuluh teman dan mereka melakukan penyebaran jejaringnya langsung di bulan yang sama. Dalam beberapa minggu ratusan pengguna mulai bergabung dan pada awal tahun 2003 sudah terdaftar 3 juta pengguna. Friendster menjadi platform media sosial pertama yang dapat menarik audiens secara global dan menjadi salah satu hal yang mainstream.
Tujuan utama Friendster adalah membuat semua orang dari seluruh dunia untuk saling berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman lama dan membuat teman baru. Tahun 2002 itu benar-benar sesuatu hal yang sangat keren, jika dibandingkan dengan kondisi saat ini memang menjadi sangat biasa. Momentum Friendster saat itu terus memuncak, basis pengguna tumbuh dengan cepat. Hal yang umum terjadi pada perusahaan teknologi yang sedang berkembang pesat adalah, akan hadirnya minat perusahaan lain untuk membelinya.
Jonathan Abrams pun banyak menerima tawaran untuk proses akuisisi Friendster dari pihak lain. Google pernah menawar seharga 30 juta dollar, serta Kleiner, Perkins, Caulfield, dan Byers menawarkan 13 juta dollar untuk biaya pengembangan. Yang terpilih untuk dijadikan rekan pembiayaan Friendster justru jatuh ke tangan investor yang saat itu dipimpin oleh Timothy Koogle (mantan CEO Yahoo). Dewan direksi baru pun terbentuk dan Jonathan Abrams tetap dipilih sebagai CEO.
Sayangnya, beberapa bulan kemudian, Jonathan Abrams digulingkan dari posisinya sebagai CEO oleh dewan direksi barunya dan digantikan oleh Timothy Koogle sendiri. Dibawah kepemimpinan baru Friendster lebih memprioritaskan mengejar profit daripada memenuhi kebutuhan pengguna dan memperbaiki ‘bug’ yang ditemui. Pengguna yang sudah memuncak mencapai 10 juta dan paling besar dari daratan Asia, tidak pernah mendapatkan apa yang mereka harapkan dari Friendster.
Pelan namun pasti para pengguna mulai melirik jejaring lain yang saat itu juga sangat gencar menjaring pengguna. Masalah teknis yang sering terjadi didalam sistem internal Friendster semakin memperburuk keadaan. Facebook pun menjadi pelarian pengguna Friendster, karena lebih menghadirkan fitur yang saat itu terbilang ‘update’.
Penyebab jatuhnya Friendster

Banyak ulasan yang menyampaikan kesalahan pertama Friendster adalah salah memilih mitra kerja, terutama untuk pekerjaan berskala besar dan jangka panjang. Bagaimana menurut kalian?.
Sedangkan banyak pemberitaan di media yang memang menyebutkan Friendster kalah bersaing karena fitur yang tidak berkembang dan sistem kerjanya sudah tertinggal. Jonathan Abrams pernah menyampaikan, melihat kemunculan beberapa media sosial lain saat itu jelas suatu ancaman mematikan, terutama Facebook. Beberapa pemberitaan menginformasikan, sebenarnya Friendster mulai memunculkan banyak ide baru disaat pesaingnya mulai berkembang. Namun ide-ide itu tidak terealisasikan dengan baik karena sudah terlalu banyak masalah dibelakangnya.
Perlu diketahui, pihak Friendster pernah menemui Mark Zuckerberg dengan harapan bisa mengakuisisi Facebook. Namun pihak Facebook dikabarkan tidak pernah menyebut nominal yang diinginkan, hingga proses pembicaraan akuisisi tidak pernah terjadi. Tak terpaut lama keadaan justru berbalik, Friendster menjual hak paten media sosialnya ke Facebook seharga 39,5 juta dollar. Dikutip dari beberapa sumber Friendster tetap jadi pelopor jejaring media sosial modern lainnya, dan untuk hal itu siapapun wajib menghargainya.
Bagaimana Friendster sekarang

Jawabannya adalah sudah tidak ada. Sebelum dimatikan total tahun 2015, itu pun Friendster sudah berubah menjadi ‘social gaming platform’ tahun 2009 salah satu perusahaan dari Malaysia, MOL Global membelinya dari Facebook seharga 40 juta dollar. MOL Global dimiliki oleh Tan Sri Vincent Tan, yang masuk dalam daftar orang terkaya urutan ke-9 di Malaysia tahun 2011 versi majalah Forbes.
Pelajaran dari Friendster

Dari artikel singkat mengenai Friendster ini, ada beberapa hal yang bisa kita simpulkan dan dijadikan pelajaran. Terlebih bagi kita yang sedang membangun usaha yang mulai berkembang.
- Jangan mengejar pertumbuhan usaha dengan segala cara, apalagi sampai tidak memperhatikan kebutuhan konsumen kita.
- Pilihlah rekan usaha atau mitra bisnis dengan bijaksana, pelajari seluruh profilnya.
- Sekarang kita tidak harus jadi pemenang, namun harus mempelajari siapa pemenang saat ini dan siapa yang dikalahkan di masa lalu.
- Seseorang atau suatu plagiat tetap bisa menjadi pemimpin dan penguasa daripada pelopor atau penciptanya.
- Siapa yang mengambil keputusan tercepat dan bertindak lebih dulu, akan selalu lebih berpeluang dalam hal apapun.