Sister Murder resmi merilis debut album bertajuk “Ressurecting The Wounded Pshyce” dalam format CD dan kaset serta diterbitkan secara mandiri. Rilisan tersebut telah resmi diedarkan secara luas dan bisa dipesan sejak tanggal 8 Maret 2025 melalui laman media sosial Sister Murder. Hal tersebut juga disusul dengan sesi pra-pesan merch.
Debut album “Ressurecting The Wounded Pshyce” dirilis dan diterbitkan bertepatan dengan momentum perayaan Hari Perempuan Sedunia di tahun 2025, sebuah momen yang sangat bermakna dan simbolis. Album ini tidak hanya sekedar esensial terciptanya kumpulan lagu, tetapi juga merupakan sebuah karya seni yang mencerminkan etos perjalanan emosional dan perjuangan perempuan.
Terlihat waktu yang cukup lama, sejak mereka memutuskan untuk vakum/jeda dari kiprahnya sebagai musisi, 8 tahun tampak seperti senyap. Hingga tahun 2023 silam, mereka memutuskan untuk kembali dengan darah paling segar, sekaligus terlihat dari propaganda rentetan yang mereka manifestasikan dalam bentuk karya single seperti “Aborted Rotten Fetus, Soul Bomber Destruction, dan Human Body Dismemberment.” Kudos!
Melalui titel “Ressurecting The Wounded Pshyce,” Sister Murder berupaya untuk mengangkat isu-isu krusial yang berkaitan dengan perempuan dalam konteks sosial dan politik yang kompleks. Karya ini tidak hanya menggambarkan kerentanan mental yang dialami oleh korban kekerasan, tetapi juga menyoroti dampak mendalam dari trauma yang ditimbulkan oleh berbagai bentuk penindasan.
Sister Murder dengan berani mengeksplorasi tema perlawanan terhadap patriarki, yang sering kali menjadi akar dari banyak masalah yang dihadapi perempuan. Dalam narasi ini, penulis mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana struktur sosial yang patriarkal dapat merusak jiwa dan identitas perempuan, serta pentingnya membangun solidaritas untuk melawan sistem yang menindas.
Selain itu, isu femisida yang merujuk pada pembunuhan perempuan karena gender mereka dijadikan sorotan utama, menggambarkan betapa seriusnya ancaman yang dihadapi perempuan di berbagai belahan dunia. Tak kalah penting, Sister Murder juga mengangkat isu perang Palestina yang berkepanjangan, yang tidak hanya berdampak pada kehidupan laki-laki, tetapi juga secara signifikan mempengaruhi perempuan dan anak-anak.
“Perlu diingat bahwa lagu kami tidak hanya ditujukan untuk perempuan, dan kami tidak bermaksud menyalahkan para pria. Jadi, jangan terlalu sensitif, ya!” – ujar Siska Ade.
Mereka turut mengajak pendengar untuk merasakan kedalaman lirik yang dibalut irama keras, menggambarkan kegelapan kesakitan, pikiran tak terkendali, dan luapan emosi akibat amarah dan keputusasaan. Fenomena ini tidak hanya dialami oleh perempuan, tetapi juga laki-laki. Dalam album ini, terdapat satu lagu yang menceritakan tentang kebangkitan dan perjuangan melawan kondisi tersebut, serta menciptakan hal-hal yang lebih positif.
Debut album “Ressurecting The Wounded Pshyce” merupakan bagian dari proses rekaman musik terbaru Sister Murder di Virtuoso Music Studio, Malang. Proses tersebut dikerjakan oleh Laga dari Underflagpole, sementara sesi mixing dan mastering dieksekusi oleh Cambel Benjamin dan Herman dari Grind Ears, Banyu Mili Music Studio.
Album tersebut turut memuat 7 track yang menggabungkan Slamming riff dan Death Metal yang lebih easy listening dan berbeda seperti band Death Metal pada umumnya.
“Kami memasukkan unsur-unsur yang lebih manis, dengan sedikit menggunakan nada-nada melodis yang terpengaruh dari band-band besar seperti Death, In Flames, namun dipertegas dengan slamming riff dari Analepsy, Malevolent Creation, Abominable Putridity,” – ujar Sister Murder.
Cd dan Kaset dirilis secara terbatas berjumlah (200 kopi) untuk CD sedangkan untuk rilisan Kaset tersedia hanya (30 kopi) dipatok sebesar Rp.75.000,-. Rilisan tersebut juga di susul dengan beberapa katalog merch edisi album seperti T-shirt, Hoodie dan Long Sleeve.
Dalam album ini, artwork dikerjakan oleh Adi Dechristianize, yang berhasil menerjemahkan semua pesan yang terkandung dalam lirik Sister Murder menjadi sebuah visual yang sangat mendalam. Artwork tersebut menggambarkan tema kehancuran, simbol patriarki, dan sosok prajurit perempuan yang berdiri dengan gagah dan berani. Semua elemen ini secara sempurna menangkap esensi perlawanan yang menjadi inti dari album ini.
Wildan Slam turut berkontribusi dalam merancang logo dan judul album. Untuk proses layouting serta grafis, bekerja sama dengan Long Space Project dan Meigo (Criminal Impact), yang memberikan sentuhan profesional pada karya Sister Murder.
Sister Murder diperkuat oleh empat personel Siska (Vocal), Levita Damaika (Guitar), Chesil (Bass) dan The Moon (Drum). Secara materi Sister Murder banyak mengadopsi beberapa rentetan band tersohor macam Analepsy, Death, Nile, dan Abominable Putridity dengan kapasitas sound yang mentah selayaknya band Metal/Death Metal/Slamming Death Metal.
Selain itu, mereka juga turut mengumumkan agenda tur mendatang di tahun 2025 sekaligus sebagai ajang promosi album “Ressurecting The Wounded Pshyce”, rangkaian tur tersebut digelar mulai bulan april. Sepertinya ini bakal menjadi salah satu era paling sibuk dan produktif bagi Sister Murder!
“Agenda tur sekaligus show akan digelar di beberapa titik seperti Jawa, Bali, Lombok, Malaysia dan mungkin ke titik bagian Australia” – ujar Levita Damaika.

Tentang Sister Murder, adalah sebuah proyek musik yang mengusung genre Slamming Death Metal lahir sejak tahun 2010 silam dari rahim scene underground kota Malang, yang digawangi oleh Vita Febrianti (Vita), Irma Marita (The Moon) dan Anggi Ratnasari (Anggi).
Di tengah dominasi pria dalam dunia musik metal, Sister Murder hadir sebagai kekuatan yang menantang norma-norma yang ada. Mereka tidak hanya menyajikan musik yang agresif, brutal dengan pakem Death Metal yang ada, tetapi juga membawa pesan yang kuat tentang pemberdayaan perempuan dalam industri musik. Melalui lirik yang tajam dan penampilan panggung yang memukau, Sister Murder mendefinisikan ulang batasan-batasan yang seringkali menghalangi ruang perempuan.
Dalam dunia musik yang seringkali dipandang sebagai arena maskulin, mereka menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya bisa berpartisipasi, tetapi juga dapat memimpin dan menginspirasi. Melalui representasi esensial lirik yang bermakna, Sister Murder mengekspresikan pengalaman dan perjuangan perempuan, menciptakan narasi yang relevan dan menggugah. Mereka tidak takut untuk mengangkat isu-isu sosial yang penting, seperti kesetaraan gender dan pemberdayaan, yang seringkali terabaikan dalam genre musik yang keras ini.
Mereka membuktikan bahwa musik metal bukan hanya milik satu gender, tetapi merupakan ruang bagi semua orang untuk mengekspresikan diri. Setiap pertunjukan menjadi momen di mana mereka merayakan kekuatan dan keberanian perempuan, mengajak audiens/penonton untuk bersama-sama meruntuhkan stereotip yang ada.
Tepat di tahun 2015 silam Sister Murder memutuskan untuk vakum/jeda yang cukup panjang dari kiprahnya sebagai musisi, memilih beristirahat atas dasar personal masing-masing. Hal ini juga menandai transisi formasi sejak kembalinya band pada tahun 2023 terbilang waktu yang cukup lama terhitung 8 tahun, membawa esensi ruh konseptual yang lebih segar. Kini, Sister Murder diperkuat oleh empat personel Siska (Vocal), Levita Damaika (Guitar), Chesil (Bass) dan The Moon (Drum).
Secara materi Sister Murder banyak mengadopsi beberapa rentetan band tersohor macam Analepsy, Death, Nile, dan Abominable Putridity dengan kapasitas sound yang mentah selayaknya band Metal/Death Metal/Slamming Death Metal. Ini sebagai wujud implementasi bukti nyata setelah mengalami jeda dan transisi personel sekaligus menandai dengan dilahirkannya 3 single Aborted Rotten Fetus, Soul Bomber Destruction, dan Human Body Dismemberment sebagai propaganda.