Hursa “Dilarani” Merayakan Kesedihan

Music Hursa Artwork Single Dilarani
Hursa - Dilarani (Artwork)

Laki-laki, sejatinya dianggap sebagai makhluk yang harus selalu kuat, memiliki sifat mengayomi dan melindungi. Tuntutan berupa “laki-laki jangan menangis” seringkali kita dengar sejak kecil, karena memang banyak keluarga mengajarkan anak lelakinya untuk menjadi sosok yang tahan banting dan tidak lantas menyerah oleh masalah-masalah yang akan dihadapi.

Hal ini yang kadangkala menjadi penyebab kenapa mereka lebih memilih untuk menyembunyikan kesedihan di balik topeng kebahagiaan, seakan hidupnya berjalan biasa dan seperti seharusnya. Setiap laki-laki pasti pernah merasa sedih, pernah hancur hatinya dan ingin menangis. Mereka pasti pernah putus asa dan ingin menyerah pada keadaan. Mereka cuma tak punya banyak kesempatan untuk menunjukkannya.

Music Hursa Band Single Dilarani
Photo from Press Kit

“Dilarani” menjadi cara Hursa untuk menunjukkan sisi manis melalui tema, lirik, nada serta irama yang disajikan. Melalui lagu ini, Hursa ingin berbagi perspektif bahwa manusia, siapapun, berhak bersedih dan menangis. Sebagai cara mengikhlaskan tentang apa yang terjadi.

Menjadi salah satu nomor ballad yang pernah Hursa rilis, lagu yang ditulis oleh Gala Yudhatama, vokalis Hursa, menawarkan rasa yang berbeda lagi dari rilisan Hursa sebelumnya. Kehadiran “Dilarani” dilengkapi dengan video klip yang menampilkan salah satu pelaku teater kawakan, Joind Banyuwinanda, dan digarap oleh Andi Gondi.

“Lagu ini cuma perihal kejujuran. Selalu berpura-pura tidak apa-apa itu sangat melelahkan. Pada waktu tertentu, tak peduli siapapun kamu, akhirnya tangismu akan pecah juga. Itu yang tidak apa-apa.”, tutur Gala selaku penulis.

“Dilarani” dirilis serentak di platform musik digital mulai tanggal 17 November 2023, bersamaan dengan video klip dikanal Youtube Hursa Official. Simak, resapi dan rayakan.

Hursa – Dilarani
Music by Mayellus Gala Yudhatama
Lyrics by Mayellus Gala Yudhatama

Kau Temukan Luka Di Tubuhmu
Di Masa Yang Berlalu
Sepanjang Malam Di Puri Yang Tua
Kau Nanti Yang Tak Ada
Dan Bayanganmu Yang Sempurna
Berdetak, Kemudian
Akhirnya
Tangismu Pecah Juga,
Sudah,
Tak Ada Yang Tersampaikan
Kata-Kata Di Ujung Bahasa
Di Ujung Teluk, Rapih Dan Rapuh
Terpeluk, Takkan Runtuh
Semua Yang Kau Sembunyikan
Terdiam Dan Sampai
Akhirnya
Tangismu Pecah Juga,
Sudah
Seperti Seharusnya
Lekas Tutup Cerita
Mungkin Sudah Waktunya
Lepas, Dan Seterusnya
Akhirnya
Tangismu Pecah Juga,
Sudah,
Tak Sempat Engkau Sampaikan
Kata-Kata Di Ujung Bahasa
Seperti Seharusnya
Lekas Tutup Cerita
Mungkin Memang Waktunya
Lepas, Dan Seterusnya