Girl and Her Bad Mood “Pop Songs, Sad World” Debut Album

Music Girl and Her Bad Mood Artwork Album Pop Songs, Sad World
Girl and Her Bad Mood - Pop Songs, Sad World (Artwork)

Memuat 12 lagu pop yang sarat akan keresahan anak muda yang selalu dibayangi kesedihan, kekuatiran, serta kegamangan di masa usia quarter life crisis.

“Judul Pop Songs, Sad World sebenernya muncul ketika seluruh track udah jadi semua. Kami mengambil dari tema-tema lagu yang mayoritas masih berkutat dengan kesedihan di setiap aspek kehidupan. Ya walaupun ada juga beberapa lagu yang happy, jatuh cinta, dan vibes-nya positif. Tapi mayoritas kita masih menggali kesedihan yang kita rasain selama ini. Pop Songs-nya sendiri selain mengambil dari salah satu judul lagu. Itu juga sejalan dengan konsep kita yang memang pengennya secara sound album ini terdengar lebih pop. Jadi, Pop Songs, Sad World ini kita artikan sebagai kumpulan lagu-lagu bernuansa pop yang kita sajikan untuk menemani kesedihan para pendengar kami,” ucap Bima tentang makna kalimat Pop Songs, Sad World yang dijadikan judul album terbaru Girl and Her Bad Mood (GAHBM).

Girl and Her Bad Mood (GAHBM) merupakan band pop/rock alternatif yang dibentuk di Malang pada tahun 2018. Berawal dari kawan-kawan sekampus di FISIP Universitas Brawijaya Malang lantas mereka mulai lulus satu-persatu serta nekat meneruskan hobi bermusiknya. GAHBM digawangi oleh Bima Geraldi (gitar dan vokal), Jane Maura (bass dan vokal), Daffa Hanafi (gitar), Danang Seloaji (drum), dan Handy Wandhawa (synth).

Pop Songs, Sad World merupakan debut album penuh dari Girl and Her Bad Mood (GAHBM) yang dirilis resmi sejak tanggal 5 September 2025 melalui label rekaman Haum Entertainment. Album yang memuat 12 lagu ini bisa didengarkan melalui berbagai layanan musik digital. Selain itu juga bakal dirilis dalam format fisik berupa kaset dan CD.

“Secara garis besar lagu-lagu di album ini menceritakan tentang keresahan pemuda seusia kami, 25 tahunan, yang orang-orang biasa bilang quarter-life crisis. Keresahan mulai masalah percintaan sampai soal hidup yang belum tahu arahnya mau ke mana,” ungkap Jane.

“Dari mulai anxiety, takut gagal, takut ngerasa sendiri, dan takut akan perubahan. Tapi, selayaknya manusia berusia 25-an ada juga track yang bercerita tentang bagaimana kita mengatasi kesedihan atau kekhawatiran itu. Di mana sesedih apapun kita, besok juga masih harus bangun dan hidup harus tetep berjalan. Gak boleh berhenti,” tambah Bima.

Para personel GAHBM satu-persatu sudah pada lulus kuliah semua, lalu bekerja dan mulai memasuki fase hidup yang baru. Realita kehidupan seperti itu memang diakui oleh mereka sangat mempengaruhi proses GAHBM dalam menulis lagu dan lirik di album ini.

“Sangat berpengaruh, apalagi beberapa dari kami juga perantau. Jadi mau gak mau harus diterjang realita-realita kehidupan dewasa ini. Yang mungkin jauh dari rumah, sudah harus bisa menanggung diri sendiri, dan mungkin sudah harus menanggung keluarga juga. Makanya banyak sambatan yang kita tuangkan di album ini,” aku Bima. Jane pun ikut menambahkan, “Ya seperti tema lagu-lagu di album ini memang kebanyakan tentang hal itu. Fase hidup baru yang membingungkan…”

“Di sini kita jadi lebih berani untuk eksplor sound baru dan mood baru yang belum pernah kita pake sebelumnya. Lalu dari aku sebagai penulis lirik sendiri merasa di album ini secara lirik lebih rapi dan harapannya akan lebih mudah dicerna sama pendengar GAHBM,” jelas Bima soal progress musik GAHBM di album ini dibandingkan dengan rilisan-rilisan mereka sebelumnya.

Jane juga ikut menambahkan, “Sepertinya kami banyak berprogres mulai dari pemilihan sound, komposisi lagu dengan struktur hingga progresi kord yang lebih beragam, eksperimen dengan genre musik lain, juga pada tema dan lirik yang lebih terlihat dewasa.”

Music Girl and Her Bad Mood Band Album Pop Songs, Sad World
Photo from Press Kit

“Di album ini kita banyak ambil referensi sound dari band-band yang punya karakter Jepang banget. Seperti misalnya Luby Sparks, Nav Katze, Mass of The Fermenting Dregs, Homecomings, Laura Day Romance, sampe ke For Tacy Hyde,” kata Bima selaras dengan kuping Jane yang mengaku lagi doyan mendengarkan band-band asal Jepang seperti Plastic Girl in Closet, For Tracy Hyde, dan My Dead Girlfriend selama masa menulis musik di album baru ini.

Tiga lagu di album ini yaitu “Chani, I Believe”, “Loves Hates Loves” dan “Heals” sempat dirilis sebelumnya dalam bentuk single terpisah. Satu lagu lagi yang berjudul “Forced A Smile (I Will Always)” juga baru saja dilepas dalam format video lyric visualizer pada tanggal 2 September 2025 kemarin.

“’Forced a Smile’ sebenernya justru datang sangat-sangat out of nowhere. Ketika kita lagi buntu buat nyelesaiin beberapa track akhir di album ini, tiba-tiba kepikiran ide bikin ‘Forced a Smile’. Selain cukup berkesan buat aku pribadi, secara sound kita juga eksplor cukup banyak. Secara mood juga mungkin GAHBM pertama kali punya lagu yang kayak gini. Jadi, ‘Forced a Smile’ sepertinya bakal jadi salah satu track gacoan kita di album ini,” papar Bima.

“Prosesnya album ini cukup seru. Waktu produksinya lama banget. Sampai akhirnya di-oprak-oprak sama Mas Unk yang menyuruh kami untuk workshop. Jadi kami semua dikumpulkan di dalam studio, ditungguin di luar sama Mas Unk. Di situ kami harus brainstorming sampai minimal kudu jadi satu bagan lagu, baru boleh keluar dari studio. Rasanya udah kayak kamp Auschwitz. Tapi setelah seminggu 2-3 kali kayak gitu ternyata works juga,” ucap Jane mengenang proses produksi album Pop Songs, Sad World.

Seluruh materi album Pop Songs, Sad World direkam di Haum Studio dan Creatorix Studio dengan supervisi Dheka Satria dan Axel Kevin. Proses mixing dan mastering dikerjakan oleh Zeruya Anggraita di Up Music Studio. Semua lagu dikomposisi oleh para personel GAHBM. Semua lirik ditulis oleh Bima Geraldi dan Daffa Hanafi. Desain sampulnya digarap oleh Magesta Putra dan Uzed (Pucatpena).

“Karena output untuk rooster-nya kudu minimal ada satu album penuh, jadi untuk sementara ini GAHBM masih kita cekal. Walaupun sebenarnya GAHBM sudah cocok terbang bersama label-label terkemuka skala nasional, tapi gak apa-apa yang penting mereka masih mengakar di Malang,” ucap Vino dari Haum Entertainment soal keputusan mereka untuk bekerja sama lagi dengan GAHBM. “Sejak mini album Bluest Year hingga sekarang, GAHBM sudah berkembang jauh. Pengalaman dari tidak enak sampai bahagia, dari panggung kecil sampai panggung tingkat tinggi, serta pengalaman lainnya sudah membentuk mereka untuk jadi profesional dan matang seperti sekarang ini. GAHBM sekarang sudah siap dipetik dari pohon skena lokal!”

Untuk rencana GAHBM ke depannya, Bima memaparkan, “Dalam waktu dekat kita akan ada showcase yang bakal ngajak temen-temen kita juga yaitu Coldiac dan Eastcape. Setelah itu pengennya kita tur ya, tapi info lebih lanjutnya mungkin menyusul ya…”

“Showcase GAHBM nanti akan mencakup rangkaian pertunjukan spesial yang menampilkan dua sesi repetoar karya dari mini album Bluest Year (2013) di sesi pertama, dan album baru Pop Songs di sesi kedua. Konser ini akan dikemas dalam live set yang total memainkan sekitar 17 lagu,” ujar Unk dari Gembira Lokaria yang mengorganisir showcase GAHBM. “Banyak yang akan ikut serta dalam kegembiraan ini. Coldiac dan Eastcape akan jadi tandem di showcase nanti. Di ranah visual ada kolaborasi dengan pemuda berprestasi gerombolan Story of Karana. Juga tentunya di bantu oleh redaksi sobat GAHBM yang bertugas serta teman-teman media partner seperti Rekam Jaya, Batas Frekuensi, Berangkat Konser, dan tentunya Haum Entertainment.”

“Semoga para pendengar bisa menikmati dan memberikan tempat buat album ini. Mungkin bisa jadi pengingat di salah satu fase kehidupan mereka,” harap Bima akan album Pop Songs, Sad World. “Bisa kayak ‘Oh dulu waktu aku ngalamin ini, ada album GAHBM yang nemenin aku…’”

Senada dengan yang dikatakan Jane juga, “Semoga teman-teman bisa menikmati album ini dan semoga album ini bisa menemani perasaan teman-teman yang sedang berada di fase hidup yang sama dengan kami…”

Selamat datang di era Pop Songs, Sad World. Semoga kita semua baik-baik saja.