Menjelang akhir tahun 2022, Somniumsaic merilis album perdana pada awal bulan September. Album ini dirilis seminggu setelah diluncurkannya Music Video untuk single ketiganya, “Devilish Love” yang berkolaborasi dengan Priskila Oktaviani. Album tersebut menjadi bukti keseriusan Somniumsaic sebagai band pendatang baru setelah merilis 3 single sebelumnya.
10 lagu dalam album “Wars Within” mulai direkam pada Juni 2020 saat awal pandemi, hingga September 2021. Wabah COVID-19 memang membawa dampak negatif sekaligus positif. Mengingat hampir seluruh lagu yang ada di album digarap selama masa pandemi, hal tersebut menjadi tantangan bagi Somniumsaic agar tetap produktif di kala kondisi serba tidak menentu.
Penggunaan “Wars Within” sebagai nama album diambil dari salah satu judul lagu yang ada di dalam album. Track ke-8 itulah yang berjudul “Wars Within”. Lagu yang liriknya ditulis oleh drummer Somniumsaic, Meinard.
Menceritakan kondisi dimana seseorang mengalami fase jatuh dalam hidupnya hingga terjebak dalam pikiran yang kelam. Perasaan terbelenggu di masa lalu diiringi rasa ingin bangkit lagi pada waktu yang sama, memicu terciptanya perang batin dalam dirinya. Inti pesan dalam lagu ini adalah bahwa di setiap masalah yang kita hadapi, kita harus bisa mengandalkan diri sendiri. Hanya kita yang harusnya paling peduli dan dapat menolong diri kita.

“Wars Within” sendiri sebagai judul album, secara garis besar banyak bercerita tentang proses hidup dan pergulatan batin yang dirasakan masing-masing personel. Berbagai macam hal tersebut diwakili oleh setiap lagu dalam album “Wars Within”.
Topik tentang cinta, politik, isu sosial, sampai dengan masalah kesehatan mental dirangkum dengan tema perang batin dalam “Wars Within”. Situasi perang batin pasti terjadi di setiap keputusan dalam suatu proses hidup seseorang.
Cover album art dari “Wars Within” didesain oleh gitaris Somniumsaic, Abimatha. Konsep dari album artnya mengambil dari filosofi budaya Jawa tentang 4 sedulur, 5 pancer. Bahwa sejatinya seorang manusia lahir dengan 4 pendamping yang melindunginya dari 4 arah mata angin. Sedangkan pancer adalah diri kita sejatinya, yang ada di tengah, pusat, atau pancer dalam bahasa Jawa.
Dalam visual album art “Wars Within” digambarkan situasi saat keempat pelindung tersebut justru berusaha menyerang diri kita sebagai pusat. Situasi ini digambarkan dengan arah pedang yang menghadap ke dalam dari tiap sisi. Tentu saja ini merupakan metafora dari “Wars Within” atau perang batin, ketika kita harus berdebat dengan diri kita sendiri.