Dendam, sebuah naluri manusiawi yang hari ini dianggap demikian banal di antara menjamurnya kampanye positivitas utopis yang tak jarang menyulitkan para penganutnya sendiri. Bukan suatu hal yang salah memang, tiada hal yang salah. Betapa menjemukannya pembahasan monokrom seputar benar dan salah yang seringkali mudah sekali ditebak akan kemana ujungnya. Namun dendam, kejujurannya, dan bagaimana ia bekerja, selalu tampak elok nan molek bagi Salim Lubis.
Setelah menjejakkan langkahnya sebagai solois melalui single “Ketidakpastian Yang Pasti” November lalu, Salim Lubis tak dapat berdiam lama. Mengaku tak pernah melihat atau mengharapkan kehidupan yang panjang baginya, ia merasa musti melaju maju, terutama di tengah tuntutan kota besar yang tak mengenal belas kasih. Berangkat dari kepercayaan tersebut, single kedua berjudul “Merah” ia rilis tertanggal 27 Januari 2023.
“Merah” kian menegaskan karakter musik yang diusung oleh Salim Lubis dengan sang tandem, Fathan Haikal M (MAGANDA) melalui adaptasi pola kerja David Bowie – Mick Ronson. Batasan usang seputar pakem dari genre yang acapkali mengerdilkan tak mereka hiraukan dalam eksplorasi dan produksi yang mereka amini bersifat personal bagi keduanya sebagai suatu kesatuan.
Melalui “Merah”, mereka memperkaya sajian melalui string sections dan harmonisasi yang lebih dominan, sesuai dengan visi mereka untuk mencipta musik yang lebih teatrikal dan megah. Hal tersebut dileburkan dengan elemen rock dan alternative yang tak dapat luput dari kehidupan mereka. Dalam proses rekaman, mereka turut dibantu oleh Ana Isnt sebagai backing vocal, Featuz yang mendentumkan bass, serta Barirul yang mengeksekusi tahap mixing dan mastering.
Dendam menyimpan kejujuran, serta kemolekan yang amat magis. Ia menempel di bawah alam sadar dan mencuat ketika coba dilenyapkan. Enggan mengalah, amat bergairah. Beri dia ruang di antara sukma, mainkan/putarkan “Merah” selagi kau jaga, lalu lihatlah ia bekerja!
Salim Lubis – Merah
Music by Salim Lubis, Fathan Haikal M.
Lyrics by Salim Lubis
Merawat Ingatan, Bergelayut Muram
Dan Kejumudan, Yang Tak Terhiraukan
Ia Menggumpal, Jelma Tumor Bebal
Dentum Ragu, Gemuruh Menyeruak Beregu
Dan Dalam Layu, Hadir Bujuk Rayu
Tersentak Aku! Kala Pandang Tersapu
Merah! Semua Kian Memerah!
Tak Acuh, Tetap Kuacungkan Kerah!
Dan Amarah, Biar Ia Membuncah!
Tanpa Seorang Ayah
Benam Gairah,
Angan Megah, Benam Gairah
Angan Megah, Benam Gairah
Angan Megah, Benam Gairah!
Gersang Melenggang, Pekat Mengekang
Deras Hantam Menuju Rahang
Masih ‘Ku Bangkit, Coba Menerjang!
Merah! Semua Kian Memerah!
Tak Acuh, Tetap Kuacungkan Kerah!
Dan Amarah, Biar Ia Membuncah!
Tanpa Seorang Ayah
Ia Termaktub Bertinta Darah
Berpulang Aku, Sandar Berpasrah
Ulurah Tangan Menjuntai Terarah
Lalu, Silih Berganti Hadir Seserah